Wednesday, October 17, 2007

Kotagede, Priyayi tangan besi

pernahkan anda hidup dan menghirup udara di kotagede? atau tidak pernah tahu dimana letakkotagede tersebut. Kuberi tahu, lataknya di sebelah selatan-timur kota yogykarta. Disana merupakan kota dengan produksi perak yang menjanjikan. Ngomong-ngomng soal perak, ada sebuah cerita( ini nyata lho) di daerah ini banyak pengrajin perak, istilah sini pekerja kemasana, makanya ada jalan kemasan.berapapun penghasilan dari profesi kemasan ini bisa untuk mencukupi keluarganya, entah dari manauang tombok yang harus dikeluarkan untuk makan, tetapi nyatanya cukup. ini berkah profesi turunan kerajaan mataram kuno, maybe sih..Disini dahulu ada semacam turunan priyayi, kaum feminis lebih senang menyebut dengan kaum patriaki (aduh agak lupa istilahnya, semoga benar). Fokus naskah ini adalah peraturan atau orang jawa bilang inggah-inggih, atau tata krama dalam pelajaran PPKn (dengan n kecil lho). Peraturan yang mereka terapkan sangat sulit. mudah dikerjakan oleh orang dulu yang masih menyadari bahwa mereka tidak perlu berpikir untuk melakasanankan dawuhdari sang priyayi atau orang tua. Kedudukan mereka sangat terhormat, orang berjalan didepannya harustunuk-tunuk atau merendahkan tubuh. tapi banyak kok yang bisa menerima, tapi sekali lagi berpikirlah untuk melaksanakan sesuatu.Tulisan ini bukan semacam pemberontakan, karena disini itu tidak diperbolehkan, tingkahmu hanya bisa dilakukan berdasarkan hal-hal yang sang priyayi dawuhkan.
ketika saudaraku ( sepupu sih) terikat kontrak istilahnya (karena si priyayi telah memberikan sebaian hartanya, dengan alasan kebaikan,katanya..., tapi bagi saya yang tahu persoalannya, tidak percaya). dia harus menuruti semua dawuhnya, tanpa bisa membantah. misalnya adasebuah kasus sederhana, mengangkat meja. sang priyayi menyuruh dengan meletakkan sebuah keset pada bagian kaki, kemudian disert agar mudah dan ringan. tapi merupakan kepastian bahwa itu menguras energi, karena media keset menurut penelitian dan hukum fisika, memiliki koefisien gesek yang besar. karenamejanya berat, maka energi yang digunakan untuk menggerakkan meja juga banyak. bagaimana kalau diangkat, kemudian digerakkan ?sang priyayi tidak mau,alasannya bisa disimpulkan sendiri.saya sendiri membuktikan dengan cara menangkat dan menggerakkan lebih mudah dan hemat energi. ironis juga ya, ketika kita memiliki potensi untuk memberikan solusi yang lebih baik daripada solusi yang lama dan tua,bukankah mereka telah mengalami masa mudadengan segudang peristiwa? tapi tidak untuk jaman yang seperti ini, dimana orang bisa berubah akalnya hanya karena tekanan jaman (bukan menyalahkan keadaan, toh perubahan juga bukan kesalahan)simpulnya biarkan berpikir, bukan dengan apa-apa yang telah ditetapkan. tidak selamanya apa yang talah dirumuskan menjadi benar.
sekali lagi aku menerima dawuh dan hal itu tidak sesuai dengan akal sehatku, aku hanya ingin berkata, maaf pak, aku menolak!

No comments: